Pertama, sebelum membahas lebih lanjut tentang
Film Dilan 1990 ini, saya ingin memohon maaf terlebih dulu jika komentar dalam
review film ini ada yang kurang berkenan di hati kalian, baik yang merupakan
penggemar atau pun bukan penggemar film ataupun novel ini. Saya tidak pernah
ada maksud sama sekali untuk menjelek-jelekkan atau nyinyir atau berkomentar
negatif, tulisan ini hanyalah review film Dilan 1990 dari sudut pandang saya.
Oke sip, langsung aja ya dimulai.
Jadi, sabtu kemarin, tanggal 3 Februari 2018,
saya dan satu orang teman SMP sekaligus SMA menonton film ini di salah satu
Mall kebanggaan daerah kami, sekaligus mengenang masa-masa remaja kita yang
sering main ke Mall ini. Singkat cerita, kami menonton film ini karena rasa
penasaran dan lelucon kekinian yang sedang hype
di berbagai jejaring sosial tentang Film Dilan 1990 ini.
Respon kami berdua sepanjang film ini adalah
ketawa ngakak dan saling pandang-pandangan karena mungkin level seni kita belum
sampe situ. Level seni kita aja yang gak nyampe, jadi gak dapet feelingnya atau
gak paham lagi sama lelucon atau kiasan atau istilah di film ini. Bagi kita
berdua, film ini merupakan film komedi awal tahun yang cukup sukses buat kita
tertawa terbahak-bahak. Jujur, gak paham lagi sama film ini.
Sejujurnya saya merupakan orang yang suka baca
novel teenlit atau novel-novel remaja sejenisnya pada zamannya, tapi entah
kenapa saya belum pernah dan belum tertarik untuk membaca novel dilan milea
ini. Oh ya, cuma sekedar cerita aja,
saya gak pernah nonton film Indonesia di bioskop sebelumnya, jadi bisa
dikatakan bahwa Film Dilan 1990 ini merupakan film Indonesia pertama yang
ditonton oleh saya di bioskop. Dulu mungkin pernah, tapi udah lupa, karena udah
lama banget, karena pada dasarnya saya jarang nonton ke bioskop karena males
jalannya, jadi kalo nonton bioskop pun khusus untuk film-film yang emang gak
akan dapet feelnya kalo gak nonton di bioskop.
Balik lagi ke Film Dilan 1990 ini. Saya
sebenernya bingung sama moral of the
story yang saya bisa dapetin dari film ini. Okelah, coba mari kita rangkum
ya moral of the story dari film Dilan
1990 ini ke dalam beberapa poin:
Poin yang pertama adalah: Jangan hidup, hidup itu berat, biar aku saja.
Sepertinya Dilan ini karena terlalu cinta sama Milea, dia akan rela
ngewakilin apa aja yang harusnya dilakuin sama Milea, singkatnya kayaknya
mungkin banget kalo bisa dia ngejokiin hidupnya si Milea, pasti akan dia
lakukan. Nih buktinya, ada beberapa dialog di bawah ini:
·
"Maaf
tadi aku membuat kamu khawatir. Aku tidak mau membuatmu cemas. Biar
aku saja yang mencemaskanmu."
·
"Jangan
rindu, berat, kau tak akan kuat, biar aku saja."
·
"Selamat
ulang tahun Milea, ini hadiah untukmu, cuma TTS, tapi sudah kuisi semua. Aku
tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya.
Dari dialog-dialog terpopuler itulah yang
akhirnya menghasilkan meme lawakan
Dilan “Biar aku saja.” Dibawah ini ada beberapa meme terkreatif menurut saya tentang
hidup itu berat ala film Dilan 1990:
Versi realita dari arti yang sesungguhnya tentang sebuah kata "Berat",
Nah kalo yang ini masih berkaitan sama yang sebelumnya, intinya arti berat sebenarnya adalah yang berhubungan dengan berat badan dan kalo gak mau nambah berat badan, gak usah makan.
Kalo yang ini versi pemain Mobile Legends Bang Bang.
Tapi seriusan deh, emang bener, kalo nge-rank sendirian itu berat banget guys.
Poin yang kedua adalah: Cara pemasaran film Dilan 1990.
Sebenarnya saya menonton film Dilan 1990 karena
muncul banyak banget lelucon berbentuk meme tentang dialog-dialog yang ada di
film ini (seperti yang saya lampirkan di poin yang pertama) dan ada teman saya menggunakan salah satu dialog ke dalam percakapan
kita, dari situlah rasa penasaran saya tentang film ini muncul. Rasa penasaran
itu yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk menonton film Dilan 1990 ini. Berikut adalah bukti percakapan saya dengan
teman saya:
Percakapan kami diawali dari saling berkomentar terhadap instagram story.
Lalu kemudian setelah ngobrol cukup panjang dengan seorang teman saya yang lain lagi dan kebetulan kami merencanakan untuk menonton bersama di hari itu, akhirnya kami memutuskan untuk menonton film ini.
Sebuah bentuk marketing dengan cara word of mouth yang efektif, mampu membuat orang yang sama sekali
tidak tahu tentang film ini untuk ikut penasaran dan akhirnya menontonnya.
Poin yang ketiga adalah: Kalo mau gombal, harus kreatif.
Ini gombalan Dilan ke Milea yang paling populer dan sering banget
dijadiin lelucon:
- "Aku ramal kita akan bertemu di kantin," kata Dilan.
- "Milea, kamu cantik. Tapi, aku belum mencintaimu. Nggak tahu kalau sore. Tunggu aja," kata Dilan.
- "Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti orang itu akan hilang," tutur Dilan saat menghubungi Milea lewat telepon umum.
- "Jangan rindu, berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja," kata Dilan.
Lumayan kreatif kan gombalannya si Dilan ke Milea
ini. Poin terpenting yang dapat diambil dari sini adalah kreatiflah jika mau
ngegombalin orang. Mungkin film ini bisa menginspirasi orang untuk punya bahan gombalan dan menggunakannya di dunia nyata. Seperti ini nih contohnya:
Ini bukti gombalan ala Dilan dipake di dunia nyata, lucu juga *lol.
Pengaplikasian gombalan yang sama seperti di film terkadang tidak menuai hasil respon yang sama pula seperti di filmnya. Jadi rajin-rajinlah mencari banyak inspirasi gombalan kreatif dan semoga cocok ya sama respon yang diinginkan.
Jadi faedah yang dapat
diambil dari ketiga poin diatas adalah apapun filmnya, pasti ada sisi positifnya, kamu pasti
akan selalu mendapatkan manfaatnya, sekecil apapun dan apapun itu. Semoga bermanfaat, sekian dan
terima kasih.
Comments
lucu bacanya gendis! love your blog :*
Miss you kk cantikku. :*